Jim.my.id โ€ฃ Cuap-cuap

Review Asus Transformer Book T100 Indonesia

#halah, apa-apaan coba judulnya; macam tech blog luar saja pakai ada embel-embel “review”. Lah, mau gimana lagi? Kata kunci “review” ini lebih menjual ketimbang “ulasan” dan lebih tampak keren #halahlagi ๐Ÿ˜†

Coba bandingkan antara Review Asus Transformer Book T100 Indonesia dengan Ulasan Asus Transformer Book T100 Indonesia? Kalau dibaca lebih nyambung “review” kan? “ulasan” seperti mau ulangan saja. OK, cukup debat judulnya.

Berawal dari cerita isteri bahwa dia kesulitan membawa Sony Vaio 11 inch berwarna pink-nya dalam setiap tugasnya. Appuah? Laptop “sekecil” 11 inch tersebut disebut-sebut sulit untuk dibawa? Lihat saja penampakan laptop imut nan centil ini:

Sony Vaio 11 inch Pink
Laptop imut ini dibilang susah dibawa?

Ternyata, dalam keseharian tugasnya di lapangan, membuka dan menyalakan laptop memerlukan “waktu” dan “tempat” hanya untuk proses input data secara online ke web kantornya. Jadi, dari “kendala” ini, jika ingin perangkat yang lebih mobile friendly, maka perburuan dimulai. Pilihan pertama jatuh ke iPad. Namun, kata isteri sistem operasi iOS susah (berdasarkan pengalamannya “main-main” dengan iPhone ku dan iPad mertuanya). Haaah.. Perempuan.. *straight face*

Berarti perburuan semakin sempit. Cukup cari tablet bersistem operasi Windows karena si Doi udah terbiasa -dengan sistem operasi sejuta umat ini- sejak sering bergelut dengan laporan praktikum Farmasi semasa kuliah dulu. Eh? Kenapa tidak ingin tablet bersistem operasi Android? Kalau ini, saya yang jawab; Mengapa? karena aplikasi office-nya tidak sebaik dan se-stabil milik iOS atau Windows (udah, ga usah jadi perdebatan ya? ๐Ÿ˜› )

Akhirnya pilihan jatuh pada Asus Transformer Book T100. Dengan prosessor Intel Atom Z3740 CPU; RAM 2GB; 32GB storage + 500HDD yang ada di Dock Keyboard; Layar sentuh seluas 10.1-inch 1,366px X 768px; dan Sistem Operasi Windows 8.1; ketahanan baterai 7-8 jam, Notebook Hybrid Asus ini dianggap cukup mumpuni untuk menemani kerjaan isteri di lapangan.

asus transformer review indonesia T100
Asus Transformer Book T100

Disebut hybrid karena, jika terpasang dengan keyboard (dock), maka akan menjadi notebook. Jika dilepas keyboardnya, maka akan menjadi tablet bersistem operasi Windows 8.1 ๐Ÿ˜‰

kotak dus asus transformer t100

Begitu membuka dus-nya, kita akan melihat layaknya notebook (dalam posisi terpasang ke dock), di bawah perangkat terdapat kabel mini USB to USB dan charger serta buku panduan singkat memulainya plus kartu garansi.

Si Asus ini kalau booting hanya dalam hitungan detik. Saya juga kaget awalnya. “Aje gileee”, begitu batin saya berujar begitu melihat betapa cepatnya si T100 ini menyala. Dengan prosessor Intel new Bay Trail (masih termasuk seri Atom) quad-core Z3740 1.33GHz dan RAM 2GB, performa yang dirasakan cukup smooth. Lancaaar. Kecepatan disk-nya pun luar biasa, sekitar 123 MB/s (reads) dan 58 MB/s (writes). Lumayanlah untuk kategori “low end” (kata si Engadget karena di sana harganya kisaran $349, begitu dikonversi ke rupiah, meledak deh ๐Ÿ˜› ). Kata saya sih, untuk harga kisaran 4-5juta, ini bukan “low end”. Yang bilang rentang harga segitu “low end” pasti horang kayah :mrgreen: Saya mah orang pedalaman, harga segitu cukup mahal namun cukup murah jika dibanding dengan kompetitor sekelas Surface2 atau sodaranya yang lebih muda Asus Transformer T300 (belasan juta ini coy!).

Malah, jika dibanding dengan Dell Venue 11 Pro yang menggunakan prosessor yang sama seperti Asus T100, harganya terpaut $100 dan tanpa dock keyboard. Rugi kan kalau beli Dell?

Jangan lupa cek harga Asus Transformer terbaru dan terupdate di sini

Ok, harga itu relatif. Kalau pemain Adsense yang perhari bisa $100, harga segitu mencarinya “hanya” perlu 3-4 hari ๐Ÿ˜€ | Untuk urusan baterai, saya pribadi belum mencoba. Maklum, untuk pemakaian pertama kudu dicharge hingga 8 jam dulu (begitu kata manualnya) agar baterai optimal. Jadi sewaktu “ulasan” ini ditulis, belum dicoba ketahanan baterainya. Kalau yang dari saya baca-baca di web-web luar seperti trustedreview, dengan cell baterai 31Wh sanggup bertahan 11 jam untuk pemakaian normal dan tahan hingga 10 hari dalam keadaan standby. Engadget mencoba dengan brightness diset ke 50 persen dan WiFi dalam keadaan nyala mampu bertahan hingga 10 jam dan 40 menit menonton video. Dari percobaan ini, Asus T100 masih lebih tahan lama 3 jam ketimbang tablet dengan new ARM seperti iPad Air, Surface 2 dan Nokia Lumia 2520. Tetapi, hampir setara dengan ketahanan milik iPad 4.

Yang menarik, pada dock terdapat port USB 3.0 di mana para pesaing hanya menyematkan port USB 2.0. Keren dah Asus T100 inih ๐Ÿ™‚

port usb 3.0 asus transformer t100
Port USB 3.0

Di tabletnya, ada tombol On, volume, back to home, port charger, port mini USB dan port mini HDMI.

asus transformer t100 support hdmi intel processor
Support HDMI (maaf, fotonya kurang cahaya :'( )

Kesimpulan akhir, kelebihan dari Asus Transformer T100 ini adalah performa dan baterai yang tahan lama, dapat menjalankan aplikasi desktop windows selayaknya komputer atau laptop, tampilan layar bagus dari berbagai sudut/angels dan -tentu saja- MURAH (dapat dock keyboard pula!).

Kekurangannya adalah layar kurang terang (ini sepertinya tergantung “perasaan” karena saya terbiasa melihat layar retina #halahlagilagi), speaker yang ada di belakang tablet membuat suara tidak mengarah langsung ke pengguna, bahan body tablet di bagian belakang mudah meninggalkan jejak sidik jari bagi tangan yang sering berkeringat (seperti saya), material dock juga seperti “biasa-biasa” saja (ini juga tergantung personal masing-masing karena saya terbiasa memegang aluminium body #halahlagilagilagi)

Udah gitu aja. Tulisan ini maunya disponsori Asus dibuat di sela-sela saya merampungkan website baru untuk mencari sekarung berlian ๐Ÿ˜†

Anda pengguna Asus Transformer T100? Boleh dong share pengalamannya seperti bagaimana performa asus transformer atau apapun di kolom komentar di bawah ๐Ÿ˜‰

Eksplorasi konten lain dari Jim.my.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca