Jim.my.id – Dalam getaran kehidupan yang begitu cepat, banyak di antara kita, terutama mereka yang berusia 20-35 tahun, terperangkap dalam kegelapan rutinitas yang mengalir tanpa henti. Kadang-kadang, kita merasa seperti berjuang selama 8 jam hanya untuk meraih 4 jam hidup yang sebenarnya. Seolah-olah perjalanan ini adalah komedi tragis, dan kita hanyalah pemain yang tak menyadari bahwa setiap tawa dan tangis memiliki makna yang mendalam.
Bekerja keras selama 6 hari hanya untuk mencicipi nikmatnya 1 hari. Merelakan 8 jam waktu kerja hanya untuk menyantap hidangan dalam hitungan 15 menit. Kita terperangkap dalam perjalanan yang tanpa henti, dan terkadang lupa bahwa hidup ini sebenarnya adalah sekadar perjalanan singkat menuju takdir yang belum pasti.
Seringkali, kita merampungkan hari hanya dengan 5 jam tidur, dari 8 jam yang seharusnya memberikan kelegaan kepada tubuh dan pikiran kita. Begitu sibuk meratapi kenyataan bahwa kita bekerja keras sepanjang tahun hanya untuk mendapatkan beberapa saat liburan. Hingga akhirnya, kita menyadari bahwa hidup ini hanyalah pertunjukan parodi dari diri kita sendiri, sebuah praktik melupakan eksistensi yang sebenarnya.
Kita hidup di dalam perbudakan, terikat oleh materi dan sosial, dan kita bahkan tidak menyadari akan belenggu yang mengikat kita. Ambisi untuk kesuksesan materi dan pengakuan sosial telah membutakan mata kita terhadap keindahan momen-momen sederhana. Kita terlalu sibuk merencanakan masa depan, sehingga kita kehilangan kesempatan untuk menikmati kebahagiaan di saat ini.
Hidup adalah perjalanan singkat yang seharusnya diisi dengan momen-momen yang membuat hati kita berdetak. Jangan biarkan diri kita terbenam dalam siklus tanpa akhir yang hanya mengejar bayang-bayang kebahagiaan di masa depan. Saatnya untuk menghentikan langkah sejenak, merenung, dan bersyukur untuk setiap nafas yang masih kita miliki.
Bekerja keras dan meraih sukses penting, tetapi jangan sampai kita kehilangan diri sendiri di tengah jalan. Hidup adalah tentang merayakan setiap momen, bahagia atau sedih. Jadi, mari tinggalkan belenggu perbudakan material dan sosial, dan mulailah menari di bawah cahaya remang-remang momen-momen yang mungkin kita abaikan. Hidup adalah hadiah, dan saatnya kita menikmatinya dengan sepenuh hati.