Jim.my.id – Sebagai manusia, kita sering kali merasa memiliki kendali penuh atas hidup. Kita menyusun rencana, menentukan tujuan, dan meyakini bahwa segala sesuatu bisa dicapai dengan usaha yang cukup. Namun, seiring berjalannya waktu, kita mulai menyadari bahwa ada batasan yang tak bisa kita langgar, ada garis takdir yang mengarahkan langkah-langkah kita, bahkan ketika kita merasa telah memilih sendiri jalannya.
Berapa kali kita mengejar sesuatu dengan sepenuh hati, hanya untuk melihatnya semakin menjauh? Berapa kali kita berusaha menghindari sesuatu, namun justru hal itu semakin mendekat? Seolah-olah semesta memiliki cara sendiri untuk mengatur segalanya, tak peduli seberapa keras kita berusaha untuk melawannya.
Sering kali, kita berpikir bahwa kegagalan adalah akibat dari kurangnya usaha. Padahal, ada kalanya kegagalan adalah bentuk perlindungan. Mungkin apa yang kita inginkan sebenarnya bukan yang terbaik untuk kita. Mungkin di balik jalan buntu yang kita hadapi, ada rute lain yang jauh lebih baik yang telah dipersiapkan untuk kita. Namun, karena terlalu sibuk meratapi kehilangan, kita luput menyadarinya.
Dalam perjalanan hidup, ada doa-doa yang diam-diam dikabulkan, meski dengan cara yang tidak kita bayangkan. Ada harapan yang kita panjatkan, lalu terwujud dalam bentuk yang sama sekali berbeda. Kita sering kali mengira bahwa takdir tidak berpihak pada kita, padahal bisa jadi, justru takdir sedang menyelamatkan kita dari sesuatu yang tak kita ketahui.
Ketika sesuatu bukan untuk kita, seberapa erat pun kita menggenggamnya, ia tetap akan terlepas. Sebaliknya, jika sesuatu memang ditakdirkan menjadi milik kita, tak peduli seberapa jauh kita berlari, ia akan menemukan jalannya untuk kembali. Hal ini bukan berarti kita harus menyerah begitu saja tanpa usaha. Tidak. Kita tetap harus berusaha sebaik mungkin, tetapi pada akhirnya, ada titik di mana kita harus menerima bahwa tidak semua hal bisa kita paksakan.
Berpasrah pada takdir bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kebijaksanaan. Kita tidak menyerah karena lelah, tetapi karena kita memahami bahwa hidup ini memiliki alurnya sendiri. Ada hal-hal yang bisa kita perjuangkan, ada pula yang hanya bisa kita ikhlaskan. Belajar menerima kenyataan tidak selalu mudah, tetapi justru dari sanalah kedamaian sejati muncul—dari keyakinan bahwa apa yang memang seharusnya menjadi milik kita, akan datang dengan sendirinya pada waktunya.
Jadi, daripada terus bertanya mengapa sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita, mungkin sudah saatnya kita belajar percaya. Percaya bahwa setiap peristiwa, baik itu pertemuan atau perpisahan, keberhasilan atau kegagalan, semuanya memiliki tujuan. Percaya bahwa di balik setiap kekecewaan, ada hikmah yang mungkin baru akan kita pahami di kemudian hari. Dan percaya bahwa apapun yang terjadi, kita tidak pernah benar-benar tersesat, karena kita selalu berjalan di jalur yang telah ditetapkan untuk kita.
Takdir tak bisa dipaksa, yang memang untukmu akan menemukan jalannya.
Pada akhirnya, hidup bukan tentang memaksakan kehendak, melainkan tentang menemukan kedamaian dalam menerima apa yang sudah digariskan. Karena sejauh apa pun kita berlari, takdir selalu tahu ke mana harus membawa kita kembali.