Jim.my.id – Ada banyak hal yang tak pernah diceritakan seorang lelaki. Tentang malam-malam yang panjang, tubuh yang lelah, atau hati yang diam-diam terluka. Tidak karena dia tak ingin, tetapi karena dia merasa harus tetap berdiri tegap, bahkan ketika dirinya rapuh.
Lelaki itu mungkin tersenyum di siang hari, bercanda seakan tak ada beban. Tapi di malam yang hening, ada bagian dari dirinya yang ingin menangis. Tidak untuk dikasihani, hanya untuk didengar tanpa penghakiman.
Luka lelaki sering tersembunyi di balik tugas-tugas kecil yang dia lakukan. Mengencangkan sekrup pintu, memindahkan meja yang berat, atau sekadar mengganti lampu yang padam. Semua itu dilakukannya bukan hanya karena tanggung jawab, tapi sebagai ungkapan cinta yang tak selalu diterjemahkan dengan kata-kata.
Namun, ada kalanya, ketika dia gagal—bukan karena kurang usaha, tapi karena terbatasnya kemampuan manusia—kata-kata tajam bisa menjadi hujan yang memadamkan api kecil dalam hatinya. Sebuah luka terbuka, kecil tapi terasa, dan sulit sembuh karena ia tak pernah membicarakannya.
Dia tidak marah. Dia tidak membalas. Tapi dia belajar untuk diam, mengunci luka itu seperti sebuah ruang rahasia yang hanya dia tahu.
Untuk semua lelaki yang terluka:
Tidak apa-apa merasa sakit. Tidak apa-apa mengakui lelah. Tidak apa-apa untuk berhenti sejenak, bukan karena kalah, tapi karena manusiawi.
Luka adalah tanda bahwa kau telah mencoba. Jangan biarkan itu membuatmu lupa betapa berharganya dirimu, bahkan ketika tak ada yang berkata demikian.
Karena pada akhirnya, lelaki yang terluka bukanlah lelaki yang lemah. Dia hanya manusia, sama seperti lainnya.